Kamis, 29 Juni 2017

Terbuai Rayuan Tante Girang


Terbuai Rayuan Tante Girang

Tante Lendir - Aku Terkena Rayuan Lisa si tante girang. Lisa melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan bergerak naik ke tubuhku. Bibirnya menyambar bibirku. Kubalas dengan ganas dan kusapukan lidahku pada bibir dan masuk dalam rongga mulutnya. Lidah kami kemudian saling memilin dan mengisap. Tanganku mengembara ke selangkangannya dan kemudian jari tengahku masuk menerobos liang kenikmatannya sampai menemukan tonjolan kecil di dinding atas sebelah depan. Lisa meremas dan mengocok penisku. Penisku semakin menegang dan mengeras.

“Ouououhhkk.. Nikmatnya.. Puaskan aku lagi,” ia memohon dengan suara tertahan.

Kemudian tangannya mengurut dan menggenggam erat penisku. Kurasakan pantat dan pinggulnya bergoyang menggesek penisku. Dan tanpa kesulitan kemudian kepala penisku masuk ke dalam gua kenikmatannya. Terasa lembab dan licin. Kurasakan dinding guanya semakin berair membasahi penisku.

“Akhh Anto ayo kita sama-sama nikmati lagi.. Oukkhh”.
Kujilati lehernya dan bahunya. Ia terus menggoyangkan pantatnya sehingga sedikit demi sedikit makin masuk dan akhirnya semua batang penisku sudah terbenam dalam vaginanya.

Lisa bergerak naik turun untuk mendapatkan kenikmatan. Kadang gerakan pantatnya berubah menjadi maju mundur. Gerakannya mulai dari perlahan menjadi cepat dan semakin cepat. Ia mengubah gerakannya menjadi ke kanan ke kiri dan berputar-putar. Pantatnya naik agak tinggi sehingga hanya kepala penisku berada di bibir guanya dan kemudian berkontraksi mengurut kepala penisku. Kontraksi otot vaginanya membuat penisku seperti diremas dan diurut.

Ia menggesek-gesekkan bibir guanya pada kepala penisku sampai beberapa kali dan kemudian dengan cepat ia menurunkan pantatnya hingga seluruh batang penisku tenggelam seluruhnya. Ketika batang penisku terbenam seluruhnya badannya bergetar dan kepalanya bergoyang ke kanan dan kekiri. Napasnya berat dan terputus-putus.

Kuisap putingnya yang sudah keras. Gerakannya semakin liar dan cepat. Tanganku memeluk punggungnya dengan erat sehingga tuuh kami semakin merapat. Ia juga memeluk diriku rapat-rapat. Kini gerakannya pelan namun sangat terasa. Pantatnya naik ke atas sampai kemaluanku hampir terlepas, dan ia menurunkan lagi dengan cepat dan kusambut dengan gerakan pantatku ke atas.
Kembali penisku menembus guanya. Ia merinding dan menggelepar. Tangannya meremas rambutku, memukul dan mencakar dadaku. Punggungnya melengkung ke atas menahan rasa nikmat. Mulutnya meracau, mendesah dan mengerang dengan kata-kata yang tidak jelas.

“Anto.. Ouhh Anto, aku mau dapat, aku tidak tahan mau kelu.. Ar,” desahnya.
Aku semakin keras menyodok vaginanya dari bawah. Aku belum ingin keluar, tetapi biarlah ia kuberikan babak tambahan

“Sshh.. Shh.. Anto sekarang ouhh.. Sekarang” ia memekik. Tubuhnya mengeras, merapat di atasku dan kakinya membelit betisku. Pantatnya ditekan ke bawah dengan keras dan vaginanya menjadi sangat basah hingga terasa licin.

Tubuh Lisa mulai melemas. Keringatnya menitik di sekujur pori-porinya. Kemaluanku yang masih menegang tetap dibiarkan di dalam vaginanya.

“Terima kasih. Ini yang kucari. Kau sungguh jantan sekali. Aku puas denganmu. Berikan aku istirahat sebentar, lalu..,” ia berbisik di telingaku.

Kusambar bibirnya dengan bibirku dan kugulingkan ke samping. Penisku yang belum menuntaskan tugasnya tentu saja masih keras dan siap masuk dalam babak tambahan.

“Sudahlah sayang, biarkan aku istirahat dulu sebentar saja..”

Aku tidak mendengarkan permintaanya, dan kini kugenjot vaginanya sampai berbunyi. Ia diam saja saja sambil memulihkan tenaga. Vaginanya terasa sangat basah dan licin. Kucabut penisku dan kuambil selimut untuk mengelap vaginanya supaya lebih kering. Aku naik lagi ke atas tubuhnya. Kembali kuarahkan moncong penisku ke sasaran. Kuangkat kedua kakinya dan kurenggangkan pahanya. Dengan tenaga penuh kudorong pantatku dan langsung kugenjot dengan tempo perlahan. Dalam keadaan dinding vagina kering kembali vaginanya memberikan kenikmatan yang maksimal.

Setelah beberapa menit Lisa kembali bangkit gairahnya. Iapun kemudian mengimbangi gerakanku dengan gerakan pinggulnya. Diganjalnya pantatnya dengan bantal sehingga kemaluannya menonjol agak naik. Kami berciuman dengan penuh gairah. Kaki kami saling menjepit dengan posisi silang, kakiku menjepit kaki kirinya dan kakinya juga menjepit kaki kiriku. Dalam posisi seperti ini dengan gerakan yang minimal dapat memberikan kenikmatan optimal, sehingga sangat menghemat tenaga.

Kami makin terbuai dalam kenikmatan akibat gerakan kami masing-masing. Kini kedua kakinya menjepit kakiku. Ia memutar-mutar pinggul dan membuat gerakan naik turun. Aku meremas, memilin serta mengisap payudaranya.

“Ouh.. Achch.. Mmmhh.. Ngngngnhhk,” Lisa mendesah tertahan.

Kugenjot pinggulku naik turun dengan irama tertentu. Kadang cepat kadang sangat lambat. Setiap gerakanku kubuat pinggulku naik agak tinggi sehingga penisku terlepas dari vaginanya, lalu kutekan lagi. Setiap penisku dalam posisi masuk, menggesek bibir vaginanya ia terpekik kecil.

Kakinya bergerak dan kedua kakinya kujepit dengan kedua kakiku. Dalam posisi begini aku hanya menarik penisku setengah batang saja. Aku tidak dapat menarik sampai keluar karena pasti sulit untuk memasukkannya lagi. Namun dalam posisi demikian jepitan dari dinding vaginanya jadi sangat terasa.

“Oohh.. Berubah To. Doggie.. Too” ia melenguh panjang.

Kucabut penisku dan ia berbalik. Aku turun dan berdiri di sisi ranjang. Aku akan menggenjotnya dalam posisi berdiri. Pantatnya naik menantangku, kepala dan dadanya merapat di atas ranjang. Kurenggangkan pahanya dan kubawa kemaluanku ke vaginanya. Tak lama kemudian penisku sudah menyusup dalam vaginanya. Iapun mendorongkan pantatnya ke arahku.

Kupegang kedua sisi pinggangnya dan kugerakkan seirama dengan gerakan pantatku. Kucabut penisku lagi dan kususupak kepalanya di bibir vaginanya, kemudian kukencangkan otot PC ku. Akibatnya ketika kukencangkan otot PC ku, maka penisku mendongak dan seolah mencongkel vaginanya.

“Ouuww.. Nikmat.. Ahh lagi Tokk.. Bawa aku ke bulan jantanku yang perkasa!”

Kuulangi beberapa kali sampai ia menjerit-jerit minta ampun. Pantatku kudorong kembali dalam gerakan maju mundur berirama. Kini tangannya menahan berat tubuhnya. Payudaranya yang menggantung bebas bergerak ke sana kemari setiap aku menyodoknya. Kujulurkan tanganku untuk meremas dan memilin putingnya.

“Gimana Lis, puas?”

“Ouhh.. Aku tak sangka kau begini hebat. Sewaktu di camp kupikir kamu hanyalah sebangsa ayam sayur”.

Kami mengubah posisi lagi, kembali dalam posisi konvensional. Kedua kakinya kuangkat ke atas bahuku. Dengan bertumpu pada tangan kuberikan gerakan seperti orang melakukan push-up.

“Antoo.. Ouhh nikmat sekali, hebat sekali permainanmu..”

Kuperkirakan sudah kurang lebih setengah jam kami memainkan babak tambahan ini. Tenagaku sudah mulai berkurang sehingga kuputuskan untuk segera mencapai puncak. Kupercepat gerakanku dan gerakannya juga semakin liar.

Aku menggeser tubuhku sedikit ke arah kepalanya. Penisku kini menggesek dinding atas vaginanya. Gesekan kulit penisku dengan klitorisnya terasa sangat nikmat. Terasa helm bajaku seperti tersangkut ketika kutarik ke belakang.

Deritan ranjang, erangan, bunyi paha beradu dan kata-kata yang tidak jelas seakan-akan berlomba memenuhi kamar. Tubuh kami sudah basah oleh keringat yang membanjir. Dinginnya AC kamar tak terasa lagi. Yang kami rasakan hanyalah panasnya gairah untuk menuju puncak kenikmatan.

Kurasakan ada aliran yang menjalar dalam penisku. Inilah saatnya akan kuakhiri permainan ini. Lisa terengah-engah menikmati kenikmatan yang dirasakannya.

“Lisa.. Lis sebentar lagi aku mau keluar..”

Gerakanku semakin cepat hingga seakan-akan tubuhku melayang. Lututku mulai sakit.

“Ayolah Anto aku juga mmau kkel.. Uar. Kita sama-sama sampai”.

Ketika kurasakan aliran pada penisku tak tertahankan lagi maka kurapatkan tubuhku ke tubuhnya dan kulepaskan kakinya dari atas bahuku. Kakinya mengangkang lebar. Kuhunjamkan pinggulku dalam-dalam sambil memekik tertahan.

“Lisa.. Ouh .. Ayo.. Sekarang.. Sekarang”.
“Ouh Anto aku.. Juga.. Keluar.. Lakukan”.

Kakinya membelit kakiku, kepalanya mendongak dan pantatnya diangkat. Kurasakan denyutan dalam vaginanya sangat kuat. Kutembakkan lahar panasku sampai beberapa kali. Giginya dibenamkan dalam di bahuku sampai terasa pedih. Napas kami masih ngos-ngosan. Kucabut penisku dan aku menggelosor di sampingnya. Tangannya memeluk lenganku dan jarinya meremas jariku. Mulutnya mengucapkan kata-kata penuh kenikmatan. Kepalanya masih menggeleng-geleng. Mungkin masih ada sisa-sisa aliran kenikmatan yang dirasakannya.

Selama tiga malam di kota, aku benar-benar dipuaskan dengan permainannya. Ketika kembali ke camp rasa percaya diriku timbul kembali dan ketika keadaan rumahnya aman terkendali aku bisa berpacu dengannya. Ada memang bisik-bisik tentang hubungan kami yang beredar di camp. Dua bulan kemudian perusahaan telah mendapatkan orang yang menjabat posisi site manager secara tetap.


EmoticonEmoticon